*Ciamis,Kalibernews*,-//-fenomena kelangkaan kedelai dalam dua minggu terakhir yang ditemani dengan kenaikan harga tidak pertama kali dialami oleh pengrajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia.termasuk kelangkaan berdampak di pengrajin tahu tempe di Ciamis dan Tasikmalaya
Melalui sambungan telepon 03/01/24 , salah satu pengrajin Tahu tempe yang berada di bilangan wilayah ciamis yang enggan di sebutkan namanya mengatakan
“Saat ini, harga kedelai tidak dapat dihindari dan akan terus meningkat hingga batas harga yang tidak dapat diprediksi. Ini adalah masalah yang membuat pengrajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia panik,” kata nya kepada wartawan
Dia juga menyatakan bahwa penyebab kelangkaan kedelai belum diketahui pasti.
“Hanya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kelangkaan kedelai ini disebabkan oleh siklus impor dan pengurangan lahan pertanian di sumbernya. Akibatnya, persediaan kedelai menjadi semakin terbatas dan menyebabkan kenaikan harga di pasaran,” tambahnya kepada wartawan
Di tempat terpisah, 03/01/24 Pemerhati ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat ,Gilang Nata Wiangga,SH mengatakan
“kita perlu menyajikan solusi komprehensif yang berfokus pada stabilisasi stok dan harga, memperbaiki tata kelola kedelai, dan memenuhi standar harga yang diharapkan oleh pengrajin tahu dan tempe” ujar gilang saat di sambangi awak media di sekreriat Gerakan Aspiratif Pemuda Pelopor Prestasi Indonesia
“Dalam membangun sistem tata kelola kedelai”
Tambah gilang “penanganan pemerintah, dalam hal ini Bulog atau lembaga yang ditunjuk, diperlukan. Jika tata kelola kedelai tetap berada di tangan sektor swasta, maka masalah kelangkaan kedelai dan kenaikan harga pasti akan terulang terus-menerus,”
“Saya heran, kelangkaan kedelai dan kenaikan harga yang tidak terkendali diakibatkan apa?
Heranya kepada awak media
“Masalah ini akan selalu ada, oleh karena itu diperlukan kebijakan dari pemerintah yang konkrit dan tegas serta menerapkan aturan main yang ketat dan sanksi yang berat agar ada efek jera bagi siapa saja yang memainkan stok dan harga kedelai dengan bebas,” tegasnya.
Saat membicarakan kelangkaan kedelai dan kenaikan harga, seringkali hanya menjadi isu menarik yang dibahas namun luput dari tindakan. Alasannya adalah, isu ini baru pantas untuk ditangani setelah adanya demonstrasi dan akhirnya menyebar melalui media massa.
“Pada dasarnya, pengrajin tahu dan tempe yang paling terdampak dari kelangkaan kedelai dan kenaikan harga. Meskipun bagi masyarakat umum yang mengkonsumsi tahu dan tempe juga merasakan dampaknya, karena mereka harus membeli tahu dan tempe dengan harga lebih mahal dan ukurannya lebih kecil,” pungkas Gilang kepada wartawan
Sampai berita ini di tayang,awak media belum melakukan konfirmasi ke dinas terkait.( Tim Redaksi)