PEREMPUAN MELAHIRKAN PEMIMPIN
“Menjaga, menghormati dan melindungi perempuan sebagai sumber kehidupan”
Oleh : Sepi Wanimbo
Menurut keyakinan iman saya, perempuan memiliki kemampuan dan kesanggupan yang hebat di luar batas – batas jangkauan hikmat dan kemampuan yang dimiliki laki – laki Ia memegang keberlangsungan kehidupan, merawat anak-anak, dari usia bagi selama sembilan bulan di rahim, hingga membesarkannya menjadi anak-anak dan pribadi yang dewasa.
Fakta sejarah membuktikan bahwa dari keluarga yang bercerai, biasanya, ibu – ibu selalu memegang peranan penting dan mengambil kendali kehidupan sebagai ayah dan ibu tunggal untuk melindungi, merawat, mrndidik dan membesarkan anak-anak. Perempuan-perempuan yang bercerai mempunyai semboyan hidup sebagai suami, tapi tidak pernah ada bekas atau mantan anak. Dari semboyan ibi, kita harus mengaminkan lirik lagu…..dalam doa ibuku kudengar namaku disebut.
Dari perempuan-perempuan beriman, hebat dan luar biasa, lahirkan orang – orang hebat pula dan luar biasa juga, seperti: para Paus, Uskup, Ketua Sinode, para pemimpin Gereja, pendeta, gembala, pendidik, presiden, perdana menteri, politisi, tenaga medis, senator, pemikir dan penulis, jurnalis, musisi, ekonomi, sosiolog, antropolog dan sejarawan hebat, para pelaut ulung, penerbang hebat, para atlit ternama, para penghotbah dan penginjil hebat, dan masih banyak lagi lahir dari rahim perempuan dan Raja Damai Yesus Kristus juga lahir dari rahim perempuan.
Jadi, tidak ada dasar atau alasan kaum perempuan direndahkan dan diremehkan serta dinomorduakan. Perempuan – perempuan adalah yang paling terdepan untuk menjaga kehidupan manusia.
Dari uraian ini meyakinkan kita bahwa perempuan bukan kaum lemah, bukan juga penyebab kejatuhan manusia dalam kuasa iblis dan dosa. Jadi, perempuan jangan disudutkan, direndahkan, dipinggirkan karena perempuan adalah pemegang kehidupan manusia yang memiliki talenta, karunia dan kekuatan iman, rohani dan moral.
Mayoritas perempuan mempunyai kekuatan yang sangat mulia, yaitu: ketulusan hati, keluhuran jiwa, kelembutan hati, kerendahan hati, penuh pertimbangan, pertanggungjabawan tidak pernah menuntut balas dari anak-anak mereka yang sudah berhasil, walaupun perempuan-perempuan sudah tua dan berada dalam keadaan susah dan sulit. Perempuan melihat dan menjiwai anak-anak dari mata hati dan mata iman mereka.
Perempuan – perempuan mempunyai keistimewaan dalam memelihara dan membesarkan anak – anak terlihat dari sifat kasih yang tulus ikhlas dan rela berkorban pada saat makanan yang terbatas di meja makan. Pada saat makanan terbatas, ibu mengutamakan anak – anaknya dan ibu melihat pada saat anak -anak bertanya kepada ibu mereka, mengapa mama belum makan? Ibu jawab, “mama sudah makan dan silahkan anak -anak makan.”
Kenyataan bahwa ibu mereka belum makan dan ibu mau makan kalau ada yang tersisa dari anak – anak. Kehebatan lain lagi dari perempuan ialah pada ibu sedang makan dan anaknya menangis atau buang air besar atau kecil, ibu segera meninggalkan makanan di meja dan mengurus anaknya menangis atau ibu membersihkan anaknya dan menggantikan pakaian anaknya.
Benarlah lagi karya S.M.Moehtar ini: “Kasih ibu kepada betapa tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.”
Nyanyian berjudul “Di Doaku Namaku Disebut’ ciptaan Peter P. Bilhorn dan dipopulerkan oleh Natashia Nikita dalam albun yang dirilis pada tahun 1995 masih relevan untuk kita. Lirik lagu Di Doa Ibuku, Namaku Disebut:
“Di waktuku masih kecil, gembira dan senang. Tiada duka kukenal, tak kunjung mengerang. Di sore hari nan sepi….ibuku bertelut. Sujud berdoa ku dengar namaku disebut. Dia doa ibuku dengar, ada namaku disebut.”
Seringlah kini kukenang, di masa yang berat. Di kala hidup mendesak dan nyaris ku sesat. Melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut. Kelak di sana kami pun bersama bertelut. Memuji Tuhan yang dengar namaku disebut.
“Di doa ibu, namaku disebut. Di doa ibuku dengar, ada namaku disebut. Di doa ibu, namaku disebur. Di doa ibuku dengar, ada namaku disebut. Ada namaku disebut.”
Lagu ini mengisihkan sisi spiritual seorang ibu yang menjalani kehidupan ini dalam perannya sebagai ibu bagi anaknya. Anak yang terakhir dari separuh raganya, separuh napasnya, separuh warisan genetika yang lengkap dengan kandungan unsur jiwa, rasa, kecerdasan intelektual, kecerdasan, emosional, kecerdasan sosial hingga kecerdasan spiritual.
Bila kita sebagai laki – laki kita pernah mendampingi isteri kita ketika melahirkan anak bagi kita, maka kita akan tahu betapa besar jalan dan pengorbanan yang dilalui oleh isteri kita pada momen – momen melahirkan itu.
Lagu ini mengingatkan kita, bahwa kita jangan meremehkan dan merendahkan serta melupakan perjuangan Hawa di Taman Eden dalam menghadapi pencobaan dan godaan Iblis. Kita juga patut menghormati dan mengakui kekuatan yang dimiliki perempuan yang turut berpartisipasi dalam kemajuan keluarga, gereja, masyarakat, dab bangsa. (Sumber bacaan. Gembala Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA. Perempuan Bukan Budak Laki – Laki, hal. 60-69 Tahun 2022).
Selamat membaca sahabat – sahabatku yang baik Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua.
Karubaga, 13 Mei 20024
Penulis:
Wakil Ketua BPP – IPMI
Ketua DPD – PPDI PPP
Ketua DPD – PPKL & AB PPP