Jakarta.-KALIBERNEWS.NET-//-Sebuah judul buku yang menarik wajib di baca oleh akademis,praktisi,aktivis dan mahasiswa.buku yang tulis dua orang penulis muda yang berbakat,membawa kita ke alam imajinatif dan lebih kritis dan objektif,naratif dalam buku ini membuat kita lebih dikursus dan analisis.kita sungguh berterima kasih kepada ke dua rekan penulis kita Ali Sodikin & Qusyaini Hasan.sinopsis bukunya.
Tagline yang juga visi Polri Presisi diberitakan masih sebatas jargon,bahkan dilabeli sebagai program perbaikan palsu. Program transformasi dan perbaikan layanan publiknya ditanggapi skeptis. Reformasi di tubuh Polri pun diberitakan hanya isapan jempol. Komitmennya dalam menjamin kebebasan berekspresi dan berpendapat jugan diragukan, kendati komitmen dalam menegakkan HAM dan demokrasi ada yang memujinya,citra Polri yang tegas dan humanis diberitakan masih jauh dari harapan.
Namun,tak sedikit juga media yang mengapresiasi upaya Listyo Sigit dalam menegakkan disiplin di kalangan internal Polri, termaksu memberikan penghargaan bagi Polri berprestasi dan menindak tegas anggota yang membangkang. Sejumlah kasus besar yang melibatkan Polri, seperti kasus Ferdy Sambo,awalnya diframing negatif,namun mendapat simpati publik berkat transparansi dalam penegakkan hukumnya.
Begitulah media massa melakukan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Sebagai pilar keeampat demokrasi sekaligus watchdog kekuasaan ,sudah seharusnya pers menjalankan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap penguasa dan jalannya transformasi di tubuh Polri.
Tentu saja media harus berpegang pada rambu, displin pada elemen-elemen jurnalisme, dan taat terhadap kode etik jurnalistik selama menjalankan fungsi dan perannya. Sebagaimana Polri yang mengusung tagline Presisi,media massa pun menerapkan jurnalisme presisi,yang mengedepankan data,obyektivitas, dan akurasi
Saran buku ini wajib di baca anggota Polri karena berkesan.
Pewarta jakarta(Darto Al Bana)