Cianjur,-Kalibernewsnet-//-Cuaca buruk yang melanda kawasan pesisir selatan Kabupaten Cianjur sejak kemarin hingga dini hari tadi kembali memakan korban. Puluhan perahu nelayan di Jayanti, Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, karam akibat hantaman gelombang tinggi, angin kencang, dan hujan deras yang tak kunjung reda.
Dalam kondisi darurat ini, Lanal Bandung melalui Posal Ujung Genteng dan Posmat Cidaun bergerak cepat melakukan evakuasi bersama Satpolairud Polres Cianjur serta kelompok Rukun Nelayan. Operasi penyelamatan tersebut dipimpin langsung oleh AKP Asep bersama jajarannya, didampingi Babinpotmar Posmat Cidaun Kopka AL Irvan dan Serka AL Mustopa.
Laporan awal datang dari Humas Rukun Nelayan, Wawas, yang segera diteruskan kepada aparat terkait untuk ditindaklanjuti.“Kolaborasi ini kami lakukan demi menyelamatkan aset para nelayan yang menjadi tumpuan hidup keluarga mereka.
Situasi sangat sulit karena gelombang besar dan angin kencang, namun kami berusaha maksimal agar perahu-perahu yang karam bisa segera dievakuasi,” ungkap Kopka AL Irvan.
Sabtu (20/9/2025)Berdasarkan catatan nelayan, peristiwa karamnya perahu akibat cuaca buruk bukan kali ini saja terjadi.
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, tercatat sudah tiga kali kejadian besar. Pada insiden pertama, sebanyak 61 unit perahu nelayan tenggelam, kemudian kejadian kedua menelan kerugian 5 unit perahu, dan kali ini diperkirakan sekitar 20 unit perahu karam.
Rukun Nelayan bersama aparat Babinpotmar menyampaikan harapan besar kepada pemerintah pusat maupun daerah agar segera mempercepat pembangunan kolam labuh di Pelabuhan Jayanti, RT 02 RW 10, Desa Cidamar.
Saat ini, kolam labuh yang ada dinilai sangat sempit dan tidak memadai menampung jumlah perahu nelayan yang terus bertambah. Akibatnya, banyak perahu harus diparkir di tengah laut hanya dengan tambang seadanya, sehingga rentan hancur ketika diterpa badai.“Kami sudah punya bukti nyata di lapangan.
Perahu-perahu ini karam bukan karena kelalaian nelayan, melainkan karena fasilitas kolam labuh yang sempit dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah harus mendengar jeritan nelayan Jayanti, karena ini menyangkut keberlangsungan hidup ribuan warga,” tegas Serka AL Mustopa.
Para nelayan Jayanti mendesak agar pembangunan kolam labuh segera dipercepat, bukan hanya sebagai solusi darurat, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan negara terhadap masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada laut.
Mereka berharap pemerintah tidak lagi menunda-nunda program yang sudah lama dijanjikan, mengingat kerugian materi dan psikologis nelayan terus bertambah setiap kali bencana serupa terjadi.**” Deden M ***